Tentang Saya

Bismillahirrahmaanirrahiim

Diatas kertas putih ini, izinkan saya untuk memperkenalkan diri. Nama saya Datrianti Indah Savitri, remaja akhir berusia 21 tahun yang akrab disapa Datin. Saat ini saya sedang menjalani perkuliahan tingkat akhir di salah satu Universitas yang membawa nama negara kita, Indonesia. Bidang yang saya geluti saat ini adalah kesehatan masyarakat, jarang orang mengenali jurusan yang saya pilih ini, namun tak masalah bagi saya, justru saya yang akan mengenalkannya pada masyarakat.
Usia 21 tahun memang bukan waktu yang singkat dan bukan pula waktu yang lama untuk menjalani sebuah kehidupan, namun selama 21 tahun ini saya terus belajar untuk memahami arti dari kehidupan yang singkat ini. Saya adalah anak pertama dari 4 bersaudara, hal ini menjadi salah satu alasan saya untuk mempunyai karakter seperti datin yang orang kenal. Saya dikenal orang sebagai seorang yang akan saya jabarkan dalam suatu kisah.
Seorang anak perempuan yang dilahirkan pertama, menjadi anak yang dinanti-nanti, sangat diharapkan, saat diinginkan, ya itulah anak pertama sekaligus cucu pertama. Namun seiring dengan berjalannya waktu, ketika diamanahkan menjadi seorang kakak sekaligus tumpuan keluarga adalah hal yang menjadi tanggung jawabnya. Dari kecil, sudah dikenal sebagai anak yang ‘kalem’ kalau bahasa jawanya, tidak banyak bicara, tetapi banyak belajar dari apa yang dilihat dan didengarkan, juga banyak melakukan tanpa harus diperintah. Seperti inilah saya dididik kedua orang tua saya. Ayah saya selalu mendidik saya dengan tegas karena memang seperti itulah karakternya. Awalnya saya tidak mengerti mengapa Ayah selalu seperti itu, tetapi perlahan semakin saya beranjak dewasa, semakin saya memahami bahwa dunia luar itu ‘kejam’, Ayah mempersiapkan diri saya untuk dapat menghadapi itu.
Saya banyak belajar dari kedua orang tua saya. Mereka adalah sosok yang mandiri dan pantang menyerah, terutama Ibu saya. Ibu saya adalah seorang wanita paling tangguh yang saya kenal, seorang paling mandiri yang pertama kali saya temukan di dunia ini. ‘wanita serba bisa’ adalah julukan yang cocok untuk Ibu saya. Untuk membantu perekonomian keluarga, ia siap untuk melakukan apapun siang dan malam, sampai rasanya saya tidak pernah melihat ia tidur dengan nyenyak. Pagi menyiapkan sarapan untuk keluarga dan membereskan rumah, siang ia mencoba berjualan, malamnya ia masih memegang urusan rumah. Saya ingin menjadi seperti ibu saya yang mandiri dan serba bisa.
Rendah hati, begitulah orang mengenal saya. Saya orang yang senang melayani, melakukan yang terbaik bagi siapapun. Hal ini tercermin dimanapun saya berada, terutama pada kesukaan saya, berwirausaha. Saya mengenal wirausaha pertama kali dari kedua orang tua saya saat saya masih menapaki sekolah menengah pertama. Awalnya mereka mengajarkan saya untuk berhemat dan menerima apapun yang diberikan, dalam arti tidak pernah meminta kepada orang tua. Bagaimana cara saya untuk bisa bertahan dalam kondisi tersebut? saya selalu merasa cukup atas apa yang diberikan mereka dan tidak pernah meminta kepada siapapun. Konsep ini menjadi dasar karakter saya untuk berwirausaha. Wirausaha pertama yang saya jalani adalah berjualan gorengan. Ibu saya yang membuatkan gorengan, setelah itu saya yang menjualnya di sekolah. Bagi sebagian orang, berjualan seperti itu adalah hal yang memalukan, apalagi hanya gorengan, tapi sebaliknya pandangan saya adalah berdagang itu mulia dan saya sangat senang menjalaninya, senyumanlah, itu yang tergambar di wajah saya. Dari awal jual gorengan, berkembang menjadi jual makanan ringan, kemudian berlanjut kegemaran saya ini sampai sekarang dan mencoba terus menggeluti pada bidang ini dengan mengikuti organisasi terkhusus pada wirausaha dan mengelola keuangan. Usaha kue kering, kurma, pakaian, hijab, pulsa, sampai hadiah untuk wisuda pun saya tekuni, dan hal ini pula yang membuat orang mengenal saya. Dari hasil wirausaha tersebut, saya bisa memenuhi kebutuhan saya, tidak tergantung kepada orang tua dan saya bisa menabung untuk keperluan jangka panjang saya.
Alhamdulillah, memang jalan yang Allah berikan selalu yang terbaik, saya berkesempatan untuk merasakan didikan di sekolah ternama, sehingga ada tanggung jawab untuk selalu memberikan yang terbaik. Didikan dari guru-guru disana pun menjadi bagian dari pembentukan karakter diri saya, tanggung jawab dan pantang menyerahlah yang terbentuk karena tempaan dengan tugas dan tanggung jawab yang diberikan. Membentuk saya selalu membangun kehidupan dengan cita-cita, menyesuaikan diri dengan kemampuan.

Saya senang berbagi, berbagi membuat saya menjadi lebih berarti. Berbagi membuat saya bersyukur atas hidup ini. pelajaran berbagi ini saya dapatkan dari pengalaman saya mengajar. Sampai saat ini pun saya masih mengajar privat maupun bimbingan belajar. Selain mengajar pelajaran eksak, saya juga senang mengajar mengaji adik-adik sekitar lingkungan rumah saya di masjid.    Disamping itu, saya juga senang berinteraksi dengan anak-anak, itulah yang menjadi penyemangat diri saya setiap mengajar. Namun, motivasi utama saya adalah sebagai rasa terima kasih untuk guru-guru terbaik saya, semoga kebaikan mereka terus mengalir dengan saya berbagi ilmu yang mereka telah berikan kepada saya. Terutama untuk guru terhebat saya selama ini, yang sudah almarhum, dedikasi yang telah Bapak ajarkan, menjadikan diri saya untuk selalu berusaha berdedikasi untuk siapapun, kapanpun, dimanapun. 

tulisan ini saya buat dalam rangka memenuhi persyaratan pengajuan Beasiswa Baituzzakah Pertamina 2016, agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya, terima kasih



keyword : _Baituzzakah Pertamina , Beasiswa Bazma 2016, Scholarship Baituzzakah Pertamina_


Written by

0 comments: